Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Sehat
Menelaah tren "doom spending" Gen Z sebagai motor penggerak ekonomi
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-05 08:40:51【Sehat】429 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Belanja kebutuhan hewan peliharaan secara daring. ANTARA/HO-Pet123 Indonesia.fenomena do

fenomena doom spending menuntut adanya kebijakan publik yang proaktif, baik melalui regulasi industri keuangan maupun program literasi yang terarah, agar manfaat konsumsi tetap terjaga tanpa harus mengorbankan stabilitas keuangan generasi mendatang
Jakarta (ANTARA) - Di saat banyak pengamat ekonomi meramalkan kelesuan konsumsi ketika kengakpastian global meningkat, muncul paradoks baru: generasi muda atau Gen Z yang menunjukkan kecenderungan menghabiskan uang lebih, sebuah fenomena yang populer disebut doom spending.
Istilah ini memotret perilaku konsumtif yang lahir dari rasa ngak menentu terhadap masa depan; alih-alih menabung banyak untuk jaminan kelak, sebagian orang memilih "menikmati hari ini" sebagai bentuk pelampiasan, penghiburan, atau pernyataan identitas.
Fenomena itu ngak hanya soal psikologi individu. Dalam skala makro, dorongan pengeluaran ini memberi napas baru pada rantai nilai ekonomi yang menyuntikkan permintaan ke sektor riil, digital, dan kreatif yang sedang tumbuh.
Doom spending adalah perilaku konsumsi berlebihan atau impulsif ketika individu merasa masa depan suram atau penuh kengakpastian. Ini berbeda dari konsumsi normal karena motifnya lebih kuat terkait pelarian emosional, copingterhadap stres, atau mencari kepuasan instan di tengah kecemasan kolektif.
Gen Z sebagai generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an adalah generasi yang paling sering dikaitkan dengan pola ini karena kombinasi beberapa faktor: keterpaparan informasi (seringkali negatif) lewat media sosial; kengakpastian pekerjaan dan karier di era disrupsi; beban biaya hidup di kota besar; serta budaya digital yang memfasilitasi belanja cepat.
Penjelasan ini didukung oleh kajian McKinsey internasional yang menemukan Gen Z lebih rentan melakukan doom spending dibanding kelompok usia yang lebih tua.
Namun demikian, banyak juga Gen Z yang menerapkan strategi finansial kreatif yaitu sebagian mempraktikkan “loud budgeting”, “soft savings”, atau menabung lewat investasi kecil sehingga akhirnya tren doom spending yang terjadi muncul berdampingan dengan literasi baru.
Untuk itu diperlukan penguatan literasi yang memadai mengenai instrumen dan pilihan agar menikmati hari ini tanpa mengorbankan masa depan. Dengan demikian, Gen Z bukan hanya konsumen impulsif yang menambah angka penjualan, tapi mereka bisa menjadi agen perubahan ekonomi yang mendorong inovasi, memperkaya budaya usaha lokal, dan membantu bangsa melewati kengakpastian dengan daya tahan yang lebih baik.
Baca juga: Siasat mengatasi "doom spending" menurut psikolog
1234Tampilkan SemuaSuka(9)
Artikel Terkait
- Polres Banjar siapkan posko untuk siswa korban keracunan MBG
- Satgas sebut gudang cengkeh di AS kosong imbas kasus zat radioaktif
- TNI AL benarkan satu pecatan prajurit terlibat penyekapan di Tangsel
- Mendag: Transaksi TEI 2025 capai 22,8 miliar dolar AS
- Dinkes DKI catat 1,9 juta kasus ISPA hingga Oktober 2025
- Polda Sulteng bekali 26 personel pelatihan DVI dan keamanan pangan
- BGN sebut 112 SPPG ditutup karena langgar SOP
- Menperin: Struktur industri nasional makin solid dan kompetitif
- KPKP Jaktim gencarkan edukasi pedagang dan warga soal keamanan pangan
- Kementerian Kebudayaan berkolaborasi untuk memajukan kebudayaan
Resep Populer
Rekomendasi

Wamenaker sebut Magang Nasional sarana siapkan tenaga kerja terampil

Ingin gula darah stabil? Ini cara mengolah nasi putih agar tetap sehat

Perkuat kualitas MBG, Pemkab latih petugas penjamah makanan

Program MBG serap ribuan tenaga kerja lokal di Kota Serang

Bank bjb perkuat peran dalam akselerasi investasi di Jawa Barat

Melihat dunia "gemoy"

Pameran dagang dan jejak diplomasi ekonomi antar

Rekomendasi perawatan kesuburan melalui teknologi medis & terapi